Rekam Medik Elektronik

Kemajuan teknologi informasi dimanfaatkan oleh manajemen rumah sakit
untuk pengembangan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang
terintegrasi. Tujuan utama SIMRS adalah efisiensi dan kecepatan
pelayanan serta untuk pengambilan keputusan direksi, baik menyangkut
keputusan terhadap masalah logistik, administrasi dan keuangan. Kemajuan
ini telah melahirkan paradigma baru dalam manajemen informasi kesehatan
termasuk didalamnya manajemen rekam medis elektronik (digital) yang
telah merubah pola pikir dan pola tindak para praktisi profesi rekam
medis, para ahli manajemen informasi kesehatan, para praktisi hukum dan
para arsiparis (profesi kearsipan).
Perubahan tersebut juga telah diikuti dengan penyesuaian dalam
peraturan perundang-undangan, dimana Permenkes No. 749a tahun 1989
tentang rekam medis belum menyinggung mengenai rekam medis elektronik
sedangkan Permenkes tentang rekam medis yang baru yaitu Permenkes No.
269 tahun 2008 telah terdapat aturan rekam medis elektronik. Dengan
demikian Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang rekam medis ini menjadi
dasar hukum penerapan rekam medis elektronik di Indonesia.
Rekam medis elektronik adalah setiap catatan, pernyataan, maupun
interpretasi yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam
rangka diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukkan dan disimpan
dalam bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui sistem komputer. “
Electronic Medisal Record (EMR): an electronic sistem automate paper-base medisal record”
“Rekam Medis Elektronik (RME) adalah suatu sistem rekam medis yang
menggunakan elektronik berdasarkan lembaran kertas/berkas rekam medis.”
Faktor-faktor penghambat adopsi kegiatan rekam medis elektronik adalah:
Pihak manajemen rumah sakit:
- Ketidaksiapan pengetahuan sumber daya manusia yang mengerti masalah
kedokteran sekaligus masalah teknologi komputer dalam rangka
penyelenggaraan rekam medis elektronik dan standar terminologi klinik
- Modal awal yang besar untuk investasi
- Resistensi para dokter
Pihak klinikus atau dokter:
- Kurang memahami aplikasi komputer, masalah privacy, confidential, dan keamanan data
- Butuh waktu yang lama memasukkan data
- Egoisme profesi
Faktor-faktor pendukung adopsi rekam medis elektronik adalah:
- Perubahan ekonomi kesehatan dimana terdapat kecenderungan untuk penghematan
- Peningkatan pengunaan computer dalam populasi umum
- Perubahan kebijakan pemerintah
- Peningkatan dukungan terhadap komputerisasi klinik
- Tuntutan keselamatan pasien
- Kebutuhan keputusan klinis bagi pemetaan epidemologi dan pola penyakit masyarakat
Rekam medis elektronik atau digital pada dasarnya merupakan perubahan
bentuk atau wujud dari berkas kertas menjadi elektronik atau digital
dengan pengertian apa yang biasanya kegiatan pencatatan pasien diatas
kertas sekarang semuanya sudah terekam dalam sistem komputer.
Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan adopsi dari perkembangan
teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan, ini merupakan suatu
inovasi. Nama lain RME :
Electronic Medisal Record (EMR). Electronic Health Record (HER). Komputerized Patient Record (CPR).
Jenis data yang dapat disimpan dalam rekam medis elektronik adalah:
- Teks dalam bentuk kode, narasi, dan laporan
- Gambar dalam bentuk grafik komputer, hasil scanning, foto rontgen digital
- Suara, misalnya suara jantung atau suara paru
- Video, misalnya proses operasi atau tindakan medis lainnya
Komponen Fungsional RME adalah:
- Data pasien terintegrasi
- Dukungan keputusan klinik
- Pemasukan perintah klinikus
- Akses terhadap sumber pengetahuan
- Dukungan komunikasi terpadu
Revolusi Teknologi Informatika Kesehatan telah membuat suatu
terobosan dalam rekam medis berbasis butiran informasi dan diolah dengan
pendekatan elektronik (RM/K-e) yang merupakan versi evolusi ke 5 dimana
evolusi bentuk fisik rekam medis dimulai dari (1) manajemen rekam medis
bentuk kertas secara independen dalam lintas pelayanan; (2) scaning
dokumen kertas untuk banyak penggunaan;(3) sistem automatis menghasilkan
data pasien secara elektronis;(4) mengintegrasi sitem pelayanan pasien
lintas wilayah secara elektronis;(5) integrasi jaringan Manajemen
Informasi Kesehatan secara elektronis.
Manfaat dari pelaksanaan rekam medis elektronik adalah:
- Penelusuran dan pengiriman informasi mudah
- Bisa dikaitkan dengan informasi diluar rumah sakit
- Penyimpanan lebih ringkas, data dapat ditampilkan dengan epat sesuai kebutuhan
- Pelaporan lebih mudah dan secara otomatis
- Kualitas data dan standar dapat dikendalikan
- Dapat diintegrasikan dengan perangkat lunak pendukung keputusan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Rekam Medis Elektronik, yaitu:
- Sistem Identifikasi Pasien dan Pemberian Nomor Rekam Medis
Identifikasi pasien dilakukan pada setiap kali pasien melakukan
pendaftaran pada pertamakali dating dengan melengkapi identitasnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, data identifikasi pasien ini
berlaku selama pasien melakukan pelayanan kesehatan dan apabila terjadi
perubahan seperti alamat atau status pernikahan dapat memberikan
konfirmasi ulang kepada petugas pendaftaran pada saat berkunjung
kembali.
Dengan menggunakan sistem digital. secara otomatis pasien akan
diberikan nomor rekam medis sesuai dengan kunjungannya. Setiap awal
mendaftar dan data tersimpan, maka nomor secara otomatis akan diberikan
kepada pasien.
- Proses Alur Pasien dan Dokumen Pasien
Prosedur ataupun proses alur pasien dan dokumen pasien hampir sama,
yang membedakan adalah jika pasien setelah selesai pemeriksaan dan
membayar biaya pemeriksaan kemudian pulang, sedangkan dokumen pasien
disimpan disarana pelayanan kesehatan.
Secara prosedur, pasien rawat jalan yang mendaftar di pendaftaran
dapat langsung mendapatkan nomor antrian dan hanya tinggal menunggu
dipanggil oleh perawat sesuai nomor antrian. Jika pasien sudah dipanggil
dan berada diruang dokter hanya tinggal membuka file pasien yang sedang
diperiksa dengan memanggil nomor rekam medisnya ataupun nama yang
sesuai dengan yang tertera dinomor antrian. Segala bentuk pemeriksaan
pasien, dari mulai anamnesa dan pemeriksaan fisik, tensi, suhu, nadi,
diagnosa serta terapi yang diberikan hanya tinggal klik dan memasukan
data sesuai dengan pemeriksaan, apabila tedapat pemeriksaan penunjang
yang akan dilakukan seperti laboratorium ataupun diagnostik imaging,
maka dokter yang bersangkutan hanya tinggal memilih menu pemeriksaan
penunjang dan memasukan jenis pemeriksaannya, secara otomatis di
komputer petugas administrasi penunjang sudah tertera pasien yang akan
dilakukan pemeriksaan penunjang dan sudah muncul juga pembiayaan yang
harus dibayar oleh pasien yang bersangkutan. Hasil dari pemeriksaan
penunjang jika sudah selesai dapat langsung dilihat di komputer dokter
yang merujuk pasien tersebut sehingga dokter tersebut sudah dapat
mengetahui hasil dari pemeriksaan tersebut.
Apabila rangkaian pemeriksaan tersebut selesai dan pasien sudah
membayar dikasir dan petugas kasir menutup kegiatan pada hari itu, maka
petugas rekam medis akan mengetahui file-file pasien yang sudah dapat
diolah datanya yaitu dengan terdapatnya sinyal di komputer yang khusus
mengkategorikan pasien menurut jenisnya yaitu rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat maupun pemeriksan penunjang.
Tidak ada bedanya dengan pasien rawat inap dan gawat darurat semua
diproses dengan komputer dan seluruh peringatan mengenai kegiatan
pasien-pasien sudah diatur oleh komputer.
- Kebijakan dalam Pelayanan Kegiatan Medis
Kegiatan pelayanan medis yang dilakukan di rumah sakit yang
bertanggung jawab terhadap pengisian isi rekam medisnya adalah : Dokter
umum, Dokter Spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis, dokter
tamu yang merawat pasien, tenaga para medis, dan tenaga non medis non
perawat yang langsung terlibat di dalam pengisian rekam medis.
Jika dalam kebijkan manual terdapat beberapa ketentuan yang telah
berlaku, maka jika elektronik dilaksanakan maka akan terdapat beberapa
kebijakan baru yang disesuaikan dengan prosedur digital seperti:
- Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, harus
langsung dimasukan ke dalam file pasien di komputer karena jika
ditunda-tunda kemungkinan malah akan terlupakan, Karena tidak seperti
manual yang masih bisa diberi toleransi 1×24 jam.
- Semua pencatatan yang dibuat oleh dokter atau tenaga kesehatan
lainnya harus diberi kode identitas, hal ini sebagai pengganti paraf
atau tandatangan yang biasanya dilakukan jika menggunakan sistem rekam
medis manual.
- Setiap menghapus atau mengganti keterangan harus dilakukan dengan
menggunakan PIN yang berkepentingan dan harus sepengetahuan kepala
bagian rekam medis, karena ditakutkan akan terjadinya rekayasa.
- Untuk penggunaan formulir-formulir rekam medis secara digital
diwakili oleh masing-masing jenis kegiatan pasien yaitu kedalam kelompok
pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat. Masing-masing sudah
diatur sesuai dengan kebutuhannya, sama seperti formulir manual hanya
saja bentuknya dalam komputer.
- Proses pengolahan Rekam Medis
Setiap kali pasien selesai pemeriksaan, maka berkas rekam medisnya
harus dikembalikan kepada rekam medis, tetapi apabila dalam bentuk
digital, maka sudah secara otomatis pasien yang sudah selesai
pemeriksaan dan ditutup proses kegiatannya dengan melakukan transaksi
pelunasan pembayaran, maka akan muncul direkam medis data file pasien
yang sudah beres dan siap untuk dilakukan pengelolahan rekam medis yaitu
dengan melakukan beberapa kegiatan, seperti kodefikasi, analisa rekam
medis dan pelaporan. Terdapat beberapa kegiatan yang tidak dilakukan
dalam proses rekam medis elektronik, yaitu Assembling atau menyusun
berkas/formulir sesuai dengan urutannya serta penyimpanan file di dalam
rak, karena apabila melakukan rekam medis elektronik tidak akan nada
kertas yang perlu disusun, dirapikan dan disimpan.
Aspek Hukum Rekam Medik Elektronik
Dasar Hukum Rekam Medis Elektronik
Rekam medis merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penyelenggaraaan
pelayanan kesehatan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan rekam
medis. Dasar hukum pelaksanaan rekam medis elektronik disamping
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai rekam medis, lebih
khusus lagi diatur dalam Permenkes No 269 Tahun 2008 tentang Rekam
Medis pasal 2 : (1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis lengkap,
dan jelas atau secara elektronik, (2) Penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri.
Kerahasiaan Rekam Medis Elektronik
Sesuai aturan perundang-undangan rekam medis harus disimpan dan
dijaga kerahasiaannya karena data yang terdapat dalam rekam medis adalah
milik pasien, kewajiban ini menjadi tugas dokter atau dokter gigi dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan komputer sebagai sarana pembuatan dan pengiriman
informasi medis merupakan upaya yang dapat mempercepat dan memperpanjang
bergeraknya informasi medis untuk kepentingan ketepatan tindakan medis.
Namun disisi lain dapat menimbulkan masalah baru di bidang kerahasiaan
dan
privacy pasien. Bila data medis pasien jatuh ketangan yang
tidak tepat akan menimbulkan masalah hukum dan tanggung jawab harus
ditanggung oleh dokternya atau oleh rumah sakitnya. Untuk itu maka
standar pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan rekam medis yang selama
ini berlaku bagi berkas kertas harus pula diberlakukan pada berkas
digital/elektronik. Umumnya komputerisasi tidak menjadikan rekam medis
paperless tetapi hanya lesspaper. Beberapa data seperti data identitas,
informed consent, hasil konsultasi, hasil radiologi dan imaging harus
tetap dalam bentuk kertas (
print out).
Konsil Asosiasi Dokter sedunia di bidang etik dan hukum menerbitkan
ketentuan di bidang ini pada tahun 1994, beberapa petunjuk yang penting
adalah :
- Informasi medis hanya dimasukan ke dalam komputer oleh personil yang berwenang.
- Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu
hanya bisa mengakses data tertentu yang sesuai dengan menggunakan
security level tertentu.
- Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi
informasi medis harus dibatasi hanya kepada orang-orang yang berwenang
saja. Orang-orang tersebut juga tidak diperkenankan memindah tangankan
informasi tersebut kepada orang lain.
- Data yang melampaui batas waktu penyimpanan dapat dihapus setelah
memberitahukan kepada dokter dan pasiennya ( atau ahli warisnya )
- Terminal yang online hanya dapat digunakan oleh orang yang berwenang.
Rekam medis elektronik harus menerapkan sistem yang mengurangi
kemungkinan kebocoran informasi ini. Setiap pemakai harus memiliki PIN
dan password atau menggunakan sidik jari atau pola iris mata sebagai
pengenal identitasnya. Data medis juga dapat dipilah-pilah dalam arti
petugas yang diberikan wewenang hanya dapat mengakses rekam medis sampai
batas tertentu. Misalnya petugas registrasi diberikan kewenangan hanya
dalam cakupan pendaftaran saja, petugas billing hanya dapat membuka
informasi dan memasukan data keuangan saja tanpa diberikan kewenangan
lain dan dokter yang memeriksa mempunyai akses hanya untuk memasukan
data medis pasien dan jika dokter tidak mengisi sendiri data medis
terebut, ia harus tetap memastikan bahwa pengisian rekam medis yang
dilakukan oleh petugas khusus tersebut telah benar.
Dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengamanan rekam medis elektronik yaitu:
- Siapa saja yang mendapat akses ke sistem rekam medis elektronik
- Siapa yang diijinkan untuk melakukan instalasi program
- Siapa yang boleh memperbaiki sistem jika terjadi kerusakan
- Ketentuan tata cara perubahan data medis jika terjadi kesalahan memasukkan data
- Password bagi operator (password yang berbeda bagi otentifikasi yang berbeda)
- Tidak menggunakan komputer bersamaan dengan orang lain
- Lakukan logout sebelum meninggalkan komputer
- Penggunaan digital signature/elektronik signature
Kebijakan yang dapat diberlakukan untuk menjaga kerahasiaan data adalah:
- Piranti keras yang dapat diakses oleh pasien ( diruang pemeriksaan pasien ) harus senantiasa terkunci.
- Layar komputer yang bisa dilihat pasien tidak boleh berisi informasi medis tentang pasien lain.
- Pengiriman data pasien melalui e-mail harus mendapat persetujuan manajemen rumah sakit.
- Pengiriman data kesehatan pasien melalui internet harus dilakukan dalam bentuk informasi yang bersandi.
Pengaksesan rekam medis harus dibuat sedemikan rupa sehingga orang
yang tidak berwenang tidak dapat mengubah atau menghilangkan data medis,
misalnya data jenis” ready only” yang dapat diaksesnya. Bahkan orang
yang berwenang mengubah atau menambah atau menghilangkan sebagian data,
harus dapat terdeteksi “ perubahannya” dan siapa dan kapan perubahan
tersebut dilakukan.
Sistem juga harus dapat mendeteksi siapa dan kapan ada orang yang
mengakses sesuatu data tertentu. Disisi lain, sistem harus bisa
memberikan peluang pemanfaatan data medis untuk kepentingan auditing dan
penelitian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa data yang mengandung
identitas tidak boleh diakses untuk kepentingan penelitian.
Rekam Medis Elektronik sebagai Alat Bukti
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat
dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin, dan etik. Rekam medis dapat
dipergunakan di pengadilan sebagai dokumen resmi kegiatan rumah sakit
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran isinya. Salinan rekam medis
dapat diberikan atas permintaan pengadilan, dengan bukti tanda terima
dari pengadilan bila yang diminta adalah dokumen aslinya. Apabila
terdapat keraguan mengenai isi rekam medis maka saksi ahli dapat
dihadirkan oleh pengadilan untuk diminta pendapat ahlinya.
Hal ini juga berlaku bagi rekam medis elektronik yang merupakan salah
satu bentuk dari kegiatan rekam medis. Undang-Undang No. 11 tahun 2008
tentang ITE merupakan dasar hukum yang dapat diterapkan terhadap rekam
medis elektronik. Menurut pasal 44 UU ITE alat bukti yang sah selain
yang ditentukan peraturan perundang-undangan termasuk juga alat bukti
lain berupa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik. Dengan
demikian rekam medis elektronik termasuk alat bukti yang sah sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang.
Karena menjadi alat bukti yang sah maka terdapat berbagai konsekwensi
yang perlu diperhatikan berhubungan dengan kegiatan rekam medis
elektronik. Masalah keamanan sistem komputerisasi merupakan salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan rekam medis elektronik.
Sistem keamanan rekam medis elektronik meliputi keamanan jaringan yang
meliputi perlindungan jaringan komputer dari serangan
hacker, pencurian data, virus, dan jenis serangan
malware lainnya, serta keamanan pada perangkat komputernya sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keamanan komputer antara lain:
- Privacy or confidentiality
Terutama mengenai tindakan untuk menjaga informasi dari pihak-pihak
yang tidak memiliki hak untuk mengakses informasi tersebut. Berkaitan
juga dengan kerahasiaan rekam medis elektronik seperti yang telah
dibahas sebelumnya.
Berkaitan dengan perubahan informasi. Salah satu usaha menjaga integrity adalah dengan menggunakan
digital signature.
Berhubungan dengan akses terhadap informasi.
Berkaitan dengan aspek yang menekankan pada tersedianya informasi ketika dihubungkan oleh pihak yang terkait.
Berkaitan dengan aspek yang menekankan pada cara pengaturan akses terhadap informasi
Berkaitan dengan aspek yang erat kaitannya dengan suatu transaksi
atau perubahan informasi. Aspek ini mencegah agar seseorang tidak dapat
menyangkal telah melakukan transaksi atau perubahan terhadap suatu
transaksi. Teknologi yang digunakan adalah
digital signature, certificates, dan kriptografi.